Kamis, 29 Mei 2014

Hal positif dari rokok JK(juskiding)



Hal positif dari rokok JK(juskiding)
Kan banyak tuh yang posting  tentang hal negative pada roko kali ini saya ingi menampilkan yang beda dari yang lainnya karna di dunia ini kalou  tida ada hal yang berlawanan itu kurang seru  hehe lanjut aja yah ke materi yahhh capcusss J
-       Peroko pasif lebih berbahaya dari peroko aktif maka untuk mengurangi resiko tersebut  aktiflah meroko 
-       Mengurangi resiko kematian .karna belumpernahtuh ada yang mati sambil meroko
-       Berbuat amal kebaikan . Kalau ada orang yang mau pinjam korek api paling tidak sudah siap / tidak mengecewakan orang yang ingin meminjam.
-       Baik untuk basa basi . kan kalau di tempat kosan ada temen yang lagi nga huleng bisa kita menawarkan rook kan keuren . dari pada nawarin uang
-       Menghilangkan bau wangi wangian  .bagi orang yang alergi parfum
-       Melatih kesabaran dan menambah semangat pantang menyerah karena bagi pemula merokok itu tidak mudah,
-       Untuk indikator kesehatan: Biasanya orang yang sakit pasti dilarang dulu merokok.
      Jadi yang merokok itu pasti orang sehat

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN.


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memiliki peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai  bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak semrawut. Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan ejaan.

Dari pernyataan diatas, kami termotivasi untuk membuat sebuah makalah yang berjudul : EJAAN YANG DISEMPURNAKAN.







A.           Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, kami merumuskan beberapa masalah yaitu :
1.      Apa pengertian EYD ?
2.      Bagaimana penulisan huruf yang sesuai EYD ?
3.      Bagaimana penulisan kata yang sesuai EYD ?
4.      Bagaimana penggunaan tanda baca yang sesuai EYD ?
5.      Bagaimana penulisan unsur serapan yang sesuai EYD ?

B.            Tujuan
Adapun tujuan kami menulis makalah ini yaitu :
1.      Dapat memahami fungsi dari macam-macam tanda baca
2.      Dapat membuat sebuah karya tulis dengan baik dan benar
3.      Dapat memahami dan mengembangkan tulisan dengan baik dan benar
4.      Dapat menuliskan huruf dan menuliskan kata dengan benar
5.      Dapat menuliskan unsur serapan dengan benar

C.           Manfaat
Manfaat yang dapat kami berikan dari makalah ini yaitu :
1.      Dapat membuat sebuah karya tulis dengan baik dan benar
2.      Dapat bertambah pengetahuannya tentang EYD
3.      Dapat membuat karya tulis dengan tanda baca yang benar
4.      Dapat menuliskan unsur serapan dengan benar









BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Ejaan
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun itu diresmikan pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan ejaan pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen tidak berlaku lagi pada tahun 1947.

Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam suatu bahasa. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan merupakan aturan bagaimana seseorang harus menuliskan sesuatu menggunakan sistem tulisan tertentu, dan bukan bagaimana mengucapkan atau membaca suatu tulisan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai  bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak semrawut. Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan ejaan.

B.            Penulisan huruf
Penulisan huruf yang sesuai dengan EYD menyakut beberapa aspek masalah, yaitu :

1.    Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a.         Huruf Abjad
Abjad yang digunakan  dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.
Huruf
Nama
Huruf
Nama
Huruf
Nama
A             a
B             b
C             c
D            d
E             e
F             f
G            g
H            h
I              i
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
J              j
K            k
L             l
M            m
N            n
O            o
P             p
Q            q
R            r
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
S             s
T             t
U            u
V             v
W            w
X             x
Y             y
Z             z
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
b.        Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
A
e
i
o
u
api
enak
itu
oleh
ulang
padi
petak
simpan
kota
bumi
lusa
sore
murni
radio
ibu
c.       Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf konsonan
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
B
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q
r
s
t
v
w
x
y
z
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
alas
kami
anak
apa
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
adab
-
abad
maaf
balig
tuah
mikraj
politik
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
juz
d.        Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf Diftong
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
Ai
au
oi
ain
aula
-
syaitan
saudara
boikot
pandai
harimau
amboi
e.         Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.5)
Gabungan huruf konsonan
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
Kh
ng
ny
sy
khusus
ngilu
nyata
syarat
akhir
bangun
hanyut
isyarat
tarikh
senang
-
arasy

2.    Penulisan Huruf
a.        Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1.      Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya : Dia menulis surat di kamar.
2.      Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya : Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.
3.      Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
Misalnya : Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.
4.      Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya : Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.
5.      Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya :  Wakil Presiden Yusuf  Kalla memberi bantuan mobil.
6.      Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya :Nurhikmah
7.      Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya :bangsa Indonesia
8.      Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya : tahun Hijriyah                                                        hari Jumat
9.      Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.
Misalnya : Laut Jawa                                                               Jazirah Arab
10.  Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
Misalnya : Republik Indonesia
11.  Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya : Surat Saudara sudah saya terima.
12.  Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya : Surat Anda telah saya balas.
13.  Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya : Dr.            doctor
     S.H.           sarjana hukum
14.  Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa
        Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
15.  Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar,  dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
Misalnya : Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
        Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
b.        Penulisan Huruf Miring
1.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam keterangan.
Contoh: Sudahkah anda membaca koran Kompas hari ini?
              Buku Mukjizat Salat dan Do’a.
              Majalah Aku Anak Soleh.
2.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Contoh: Nama latin untuk tanaman padi adalah Oriza sativa.
               Nama ilmiah buah manggis adalah Carcinia mangostana.
               Nama ilmiah lalat buah adalah Drosophila melanogaster.
3.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Contoh: Huruf pertama kata dunia ialah d.
     Buatlah sebuah karangan dengan tema lingkunganku!
c.        Penulisan Huruf  Tebal
1.      Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tebal, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Contoh:
             Judul           : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
             Bab             : BAB 1 PEMDAHULUAN
             Bagian bab  : 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2  Tujuan
                                        Daftar, indeks, dan lampiran
                                        DAFTAR ISI
                                        DAFTAR TABEL
                                        DAFTAR GAMBAR
2.      Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu diperlukan huruf miring.

Contoh: Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
            Saya tidak mengambil bukumu.
            Gabungan kata kerja sama ditulis erpisah.
Seharusnya ditulis dengan huruf miring.
            Akhiran –i ditulis dipenggal pada ujung baris.
            Saya tidak mengambil bukumu.
            Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
3.      Huruf tebal dalam cetakan kamus ditulis untuk menuliskan lema atau sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Contoh : kalah v tidak menang, kehilangan atau merugi, tidak lulus
               mengalah v mengaku kalah
      mengalahkan v menjadikan kalah, menaklukan, menganggap kalah
      terkalahkan v dapat dikalahkan
 Catatan : dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.
C.           Penulisan Kata
Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata. 
1.      Kata dasar
ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu. 
2.      Kata Turunan (Kata berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :
a.       Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya : membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.
b.      Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan.
c.       Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.
d.      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : antarkota, mahaadil, subseksi, prakata.
3.      Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata ulang yaitu :
a.       Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
Misalnya : laki           lelaki
b.      Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Misalnya : rumah        rumah-rumah
c.       Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya : sayur        sayur-mayur
d.      Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.
Misalnya : main         bermain-main
4.      Gabungan Kata
a.       Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah  khusus. Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.
Misalnya : mata kuliah, orang tua.
b.      Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan.
Misalnya : ibu-bapak, pandang-dengar.
c.       Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
5.      Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku, mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya
Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku, tasmu, sepatunya.


6.      Kata Depan (di, ke, dari)
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Jangan bermian di jalan
         Saya pergi ke kampung halaman.
         Dewi baru pulang dari kampus.
7.      Kata Sandang (si dan sang)
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Nama si pengrimi surat tidak jelas.
      Anjing bermusuhan dengan sang kucing.
8.      Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :
a.       Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik!
                Apakah yang dipelajari minggu lalu?
    Apatah gerangan salahku?
b.      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu.
Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.
c.       Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester.
9.      Singkatan dan Akronim
a.       Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
Misalnya : dll = dan lain-lain
                   yth = yang terhormat
b.      Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya : SIM = Surat Izin Mengemudi
    STKIP = Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
10.  Angka dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu : (1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
a.       Bilangan utuh. Misalnya : 15                 lima belas
b.      Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4              tiga perempat
c.       Bilangan tingakt. Misalnya : Abad II                Abad ke-2
d.      Kata bilagan yang mendapat akhiran –an.
Misalnya : tahun 50-an         lima puluhan
e.       Angka yang mneyatakan bilagnan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca.
Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
f.       Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama.
Misalnya : Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar), 55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)
g.      Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya : Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.
D.           Penggunaan Tanda Baca
1.      Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
a.         Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
b.         Akhir singkatan nama orang.
c.         Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
d.        Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum. Bila singkatan itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
e.         Dipakai untuk  memisahkan bilangan atau kelipatannya.
f.          Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
g.         Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
h.         Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan  atau ilustrasi dan tabel.
2.      Tanda koma (,)
Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :
a.         Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
b.         Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
c.         Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
d.        Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.  Termasuk kata : (1) Oleh karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
e.         Digunakan untuk memisahkan kata seperti : oh, ya, wah, aduh, dan kasihan.
f.          Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
g.         Dipakai diantara  : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3)  tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
h.         Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
i.           Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
j.           Menghindari terjadinya salah baca di belakang  keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
k.         Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
l.           Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
m.       Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.

3.      Tanda Titik Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada :
a.         Akhir kalimat tanya.
b.         Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
4.      Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kseungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.

5.      Tanda Titik Koma  ( ; )
Tanda titik koma dipakai :
a.         Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
b.         Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
6.      Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua dipakai :
a.         Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
b.         Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
c.         Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan .
d.        Di antara jilid atau nomor dan halaman.
e.         Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
f.          Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
g.         Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
7.      Tanda Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.

8.      Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring ( / ) di pakai :
a.         Dalam penomoran kode surat.
b.         Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.
9.      Tanda  Penyingkat  atau Apostrof ( ‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.

10.  Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )
Tanda petik tunggal dipakai :
a.         Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
b.         Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
11.  Tanda Petik ( “…” )
Tanda petik dipakai :
a.         Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum dikenal.
b.         Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
c.         Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
12.                 Tanda Hubung ( - )
a.          Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan: tiga-puluh dua-pertiga ( 30 2/3 )
          Tiga-puluh-dua- pertiga ( 32/3 )
b.      Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang di mulai dengan huruf kapital, (b) ke dengan angka, (c) angka dengan –an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya:
1.             Pada tahun depan akan diadakan perlombaan paduan suara remaja se-Jakarta
2.             Ke- 315 orang itu berasal dari mesir.
3.             Warga DKI yang sudah dewasa diwajibkan ber-KTP DKI.
13.                 Tanda Pisah ( _ )
Tanda pisah membatasi penyisihan kata atau kalimat yang memberi kalimat penjelasan khusus diluar bangun kalimat, menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan di pakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau ‘sampai’, panjangnya dua ketukan.
Misalnya:
a.          Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b.         Pemerintahan Habibie tahun 1998 – desember 1999.
E.                 Penulisan Unsur Serapan
Dampak pergaulan antarbangsa menimbulkan perkembangan cakrawala budaya, terjadi keragaman, kombinasi adat istiadat, budaya yang dibawa bangsa yang telah maju mempengaruhi budaya yang sedang berkembang dan salah satu produk budaya yang paling utama bersentuhan adalah bahasa. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I'exploitation de l'homme par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

1.         Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
paal                                  pal
baal                                  bal
octaaf                               oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe                              aerob
aerodinamics                    aerodinamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin                    hemoglobin
haematite             hematite
ai tetap ai
trailer                                trailer
aisson                               kaison
au tetap au
audiogram                        audiogram
caustic                              kaustik
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel                 kalomel
construction                      konstruksi
cubic                                 kubik
coup                                 kup
classification                     klasifikasi
crystal                               Kristal
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central                              sentral
cent                                  sen
cybernetics                       sibernetika
circulation                        sirkulasi
cylinder                silinder
coelom                  selom
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation                   akomodasi
acculturation                    akulturasi
acclimatization                 aklimatisasi
accumulation                    akumulasi
acclamation                      aklamasi
dsb.
2.         Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
gabbro                              gabro
accu                                  aki
effect                                 efek
commision                        komisi
ferrum                              ferum
solfeggio                          solfegio
tetapi:
mass                                 massa
3.         Akhiran asing
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia.Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh disamping kata standar, efek, dan implemen.

BAB III

PENUTUP
A.           Kesimpulan
Pada dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi dalam pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan kondisi berbahasa yang tidak mendukung, maksudnya ialah masyarakat masih enggan untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik dan benar dalam komunikasinya sehari-hari, masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa yang salah, sehingga bermula dari kesalahan- kesalahan tersebut dapat menjadi kesalahan yang sangat fatal dalam mengikuti aturan-aturan ketata bahasaan yang akhirnya kesalahan tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan parahnya lagi hal tersebut menjadi membudaya dan di benarkan penggunaan dalam keseharian, untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk selalu mengingatkan kepada masyarakan untuk dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.













DAFTAR PUSTAKA
Kosasih, E.. 2012. Bahasa Indonesia Berbasis Kepedulian Karya Ilmiah dan Jurnal. Bandung : THURSINA