A.
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang tersebut, kami merumuskan beberapa masalah yaitu :
1. Apa pengertian EYD ?
2. Bagaimana penulisan huruf yang
sesuai EYD ?
3. Bagaimana penulisan kata yang
sesuai EYD ?
4. Bagaimana penggunaan tanda baca
yang sesuai EYD ?
5. Bagaimana penulisan unsur serapan
yang sesuai EYD ?
B.
Tujuan
Adapun tujuan kami menulis makalah ini yaitu :
1. Dapat memahami fungsi dari
macam-macam tanda baca
2. Dapat membuat sebuah karya tulis
dengan baik dan benar
3. Dapat memahami dan mengembangkan
tulisan dengan baik dan benar
4. Dapat menuliskan huruf dan
menuliskan kata dengan benar
5. Dapat menuliskan unsur serapan
dengan benar
C.
Manfaat
Manfaat yang dapat kami berikan dari makalah ini yaitu :
1. Dapat membuat sebuah karya tulis
dengan baik dan benar
2. Dapat bertambah pengetahuannya
tentang EYD
3. Dapat membuat karya tulis dengan
tanda baca yang benar
4. Dapat menuliskan unsur serapan
dengan benar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ejaan
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus
1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selama dua puluh
lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun itu diresmikan pada
tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan ejaan
pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang guru besar
Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh
pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen
tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi
bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam suatu bahasa. Batasan
tersebut menunjukan pengertian kata ejaan
berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan
huruf, suku kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan
yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan
merupakan aturan bagaimana seseorang harus menuliskan sesuatu menggunakan
sistem tulisan tertentu, dan bukan bagaimana mengucapkan atau membaca suatu
tulisan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh
pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup, terutama dalam
bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan
kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah rambu lalu
lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi
rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak semrawut.
Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan ejaan.
B.
Penulisan huruf
Penulisan huruf yang sesuai dengan EYD menyakut beberapa
aspek masalah, yaitu :
1.
Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal
paling banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang
digunakan sebanyak 26 buah.
a.
Huruf
Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia
terdiri atas huruf berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A
a
B
b
C
c
D
d
E
e
F
f
G
g
H
h
I
i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J
j
K
k
L
l
M
m
N
n
O
o
P
p
Q
q
R
r
|
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
|
S
s
T
t
U
u
V
v
W
w
X
x
Y
y
Z
z
|
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
b.
Huruf
Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam
bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf
Vokal
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
A
e
i
o
u
|
api
enak
itu
oleh
ulang
|
padi
petak
simpan
kota
bumi
|
lusa
sore
murni
radio
ibu
|
c.
Huruf
Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan
dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l,
m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
konsonan
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
B
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q
r
s
t
v
w
x
y
z
|
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
|
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
alas
kami
anak
apa
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
|
adab
-
abad
maaf
balig
tuah
mikraj
politik
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
juz
|
d.
Huruf
Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat
diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
Ai
au
oi
|
ain
aula
-
|
syaitan
saudara
boikot
|
pandai
harimau
amboi
|
e.
Gabungan
Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat
empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan
sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.5)
Gabungan
huruf konsonan
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
Kh
ng
ny
sy
|
khusus
ngilu
nyata
syarat
|
akhir
bangun
hanyut
isyarat
|
tarikh
senang
-
arasy
|
2.
Penulisan Huruf
a.
Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
Kaidah
penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1.
Digunakan
sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya
: Dia menulis surat di kamar.
2.
Digunakan
sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya
: Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.
3.
Digunakan
sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata
ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
Misalnya
: Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.
4.
Digunakan
sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti
nama orang.
Misalnya
: Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.
5.
Digunakan
sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang,
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya
: Wakil Presiden
Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.
6.
Digunakan
sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya
:Nurhikmah
7.
Digunakan
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya
:bangsa Indonesia
8.
Digunakan
sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
Misalnya
: tahun Hijriyah
hari Jumat
9.
Digunakan
sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.
Misalnya
: Laut Jawa
Jazirah Arab
10. Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama
negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali
terdapat kata penghubung.
Misalnya
: Republik Indonesia
11. Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan
atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya
: Surat Saudara sudah saya terima.
12. Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya
: Surat Anda telah saya balas.
13. Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya
: Dr. doctor
S.H.
sarjana hukum
14. Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia.
15. Digunakan
sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar,
dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
Misalnya : Bacalah
majalah Bahasa dan Sastra.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas
Hukum Perdata”.
b.
Penulisan
Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
keterangan.
Contoh: Sudahkah anda membaca koran Kompas hari ini?
Buku Mukjizat
Salat dan Do’a.
Majalah Aku Anak Soleh.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Contoh: Nama latin untuk tanaman padi adalah Oriza sativa.
Nama ilmiah buah manggis adalah Carcinia mangostana.
Nama ilmiah lalat buah adalah Drosophila melanogaster.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Contoh: Huruf pertama kata dunia ialah d.
Buatlah sebuah karangan dengan tema lingkunganku!
c.
Penulisan
Huruf Tebal
1. Huruf
tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tebal, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Contoh:
Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab : BAB 1 PEMDAHULUAN
Bagian bab : 1.1
Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Daftar,
indeks, dan lampiran
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
2. Huruf
tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu diperlukan huruf
miring.
Contoh: Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis erpisah.
Seharusnya ditulis
dengan huruf miring.
Akhiran –i ditulis dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
3. Huruf
tebal dalam cetakan kamus ditulis untuk menuliskan lema atau sublema serta
untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Contoh : kalah v tidak menang, kehilangan atau
merugi, tidak lulus
mengalah v mengaku kalah
mengalahkan v menjadikan
kalah, menaklukan, menganggap kalah
terkalahkan v dapat
dikalahkan
Catatan : dalam tulisan tangan atau ketikan
manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah
ganda.
C.
Penulisan
Kata
Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.
1.
Kata
dasar
ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
2.
Kata Turunan (Kata berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan,
yaitu :
a. Imbuhan semuanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya.
Misalnya : membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.
b. Awalan dan akhrian ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya
berupa gabungan kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan.
c. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan
kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.
d. Jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : antarkota, mahaadil, subseksi, prakata.
3.
Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
(-). Jenis-jenis kata ulang yaitu :
a. Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata
awal.
Misalnya :
laki lelaki
b. Dwilingga yaitu pengulangan utuh
atau secara keseluruhan.
Misalnya : rumah
rumah-rumah
c. Dwilingga salin suara yaitu
pengulangan variasi fonem.
Misalnya : sayur
sayur-mayur
d. Pengulangan berimbuhan yaitu
pengulangan yang mendapat imbuhan.
Misalnya :
main bermain-main
4.
Gabungan Kata
a. Gabungan kata lazim disebut kata
majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis
terpisah.
Misalnya : mata kuliah, orang tua.
b. Gabungan kata, termasuk istilah
khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan.
Misalnya : ibu-bapak, pandang-dengar.
c. Gabugan kata yang sudah dianggap
sebgai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
5.
Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku, mu, nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya
Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku,
tasmu, sepatunya.
6.
Kata Depan (di, ke, dari)
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang
dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Jangan bermian di jalan
Saya pergi ke
kampung halaman.
Dewi baru pulang dari kampus.
7.
Kata Sandang (si dan sang)
Kata si dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Nama si pengrimi
surat tidak jelas.
Anjing bermusuhan dengan sang kucing.
8.
Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang
mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai
fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :
a. Partikel –lah, -kah,
dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Bacalah buku itu
baik-baik!
Apakah yang dipelajari minggu lalu?
Apatah gerangan salahku?
b. Partikel pun ditulis terpisah
dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu.
Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun
ikut pergi.
c. Partikel per yang berarti
memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan
bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya : Rapor siswa dilihat per
semester.
9.
Singkatan dan Akronim
a. Singkatan adalah nama bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
Misalnya : dll = dan lain-lain
yth = yang terhormat
b. Akronim adalah singkatan yang berupa
gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya : SIM = Surat Izin
Mengemudi
STKIP = Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
10. Angka
dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam
angka yang lazim digunakan , yaitu : (1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
Lambang bilangan dengan huruf
dilakukan sebagai berikut :
a. Bilangan utuh. Misalnya :
15 lima belas
b. Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4
tiga
perempat
c. Bilangan tingakt. Misalnya : Abad
II Abad
ke-2
d. Kata bilagan yang mendapat akhiran –an.
Misalnya : tahun
50-an lima puluhan
e. Angka yang mneyatakan bilagnan bulat
yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca.
Misalnya : Sekolah itu baru mendapat
bantuan 210 juta rupiah.
f. Lambang bilangan letaknya pada awal
kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di
awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama.
Misalnya : Dua puluh lima siswa SMA
tidak lulus. (benar), 55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)
g. Lambang bilangan yang dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali beberapa
dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya : Amir menonton pertunjukan
itu selama dua kali.
D.
Penggunaan
Tanda Baca
1.
Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
a.
Akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
b.
Akhir
singkatan nama orang.
c.
Akhir
singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
d.
Singkatan
atau ungkapan yang sudah sangat umum. Bila singkatan itu terdiri atas tiga
hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
e.
Dipakai
untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
f.
Memisahkan
angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
g.
Dipakai
di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
h.
Tidak
dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan
tabel.
2.
Tanda koma (,)
Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :
a.
Antara
unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
b.
Memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh
kata tetapi atau melainkan.
c.
Memisahkan
anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
d.
Digunakan
dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Termasuk kata : (1) Oleh karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula,
(4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
e.
Digunakan
untuk memisahkan kata seperti : oh, ya, wah, aduh, dan kasihan.
f.
Memisahkan
petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
g.
Dipakai
diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3)
tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
h.
Dipakai
di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka.
i.
Dipakai
antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
j.
Menghindari
terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
k.
Dipakai
di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
l.
Dipakai
untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
m. Tidak dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.
3.
Tanda Titik Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada :
a.
Akhir
kalimat tanya.
b.
Dipakai
di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
4.
Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dugunakan sesudah
ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kseungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
5.
Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda titik koma dipakai :
a.
Memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
b.
Memisahkan
kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
6.
Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua dipakai :
a.
Sesudah
kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
b.
Pada
akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
c.
Di
dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan .
d.
Di
antara jilid atau nomor dan halaman.
e.
Di
antara bab dan ayat dalam kitab suci.
f.
Di
antara judul dan anak judul suatu karangan.
g.
Tidak
dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
7.
Tanda Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan
kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan
ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai
empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.
8.
Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring ( / ) di pakai :
a.
Dalam
penomoran kode surat.
b.
Sebagai
pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.
9.
Tanda Penyingkat atau
Apostrof ( ‘)
Tanda penyingkat menunjukkan
penghilangan sebagian huruf.
10. Tanda
Petik Tunggal ( ‘…’ )
Tanda petik tunggal dipakai :
a.
Mengapit
petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
b.
Mengapit
terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
11. Tanda
Petik ( “…” )
Tanda petik dipakai :
a.
Mengapit
kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum
dikenal.
b.
Mengapit
judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
c.
Mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain.
12.
Tanda Hubung ( - )
a.
Tanda hubung
dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan: tiga-puluh dua-pertiga ( 30 2/3 )
Tiga-puluh-dua-
pertiga ( 32/3 )
b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se-
dengan kata berikutnya yang di mulai dengan huruf kapital, (b) ke dengan angka,
(c) angka dengan –an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya:
1.
Pada tahun depan
akan diadakan perlombaan paduan suara remaja se-Jakarta
2.
Ke- 315 orang
itu berasal dari mesir.
3.
Warga DKI yang
sudah dewasa diwajibkan ber-KTP DKI.
13.
Tanda Pisah ( _ )
Tanda pisah membatasi penyisihan kata
atau kalimat yang memberi kalimat penjelasan khusus diluar bangun kalimat,
menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas, dan di pakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti
‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau ‘sampai’,
panjangnya dua ketukan.
Misalnya:
a.
Kemerdekaan
bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b.
Pemerintahan
Habibie tahun 1998 – desember 1999.
E.
Penulisan Unsur Serapan
Dampak pergaulan antarbangsa
menimbulkan perkembangan cakrawala budaya, terjadi keragaman, kombinasi adat
istiadat, budaya yang dibawa bangsa yang telah maju mempengaruhi budaya yang
sedang berkembang dan salah satu produk budaya yang paling utama bersentuhan
adalah bahasa. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari
berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti
Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf
integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua
golongan besar.
Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya
terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock,
I'exploitation de l'homme par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan
dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini
diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya
masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
1.
Kaidah
ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
aa
(Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
octaaf oktaf
ae
tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
aerodinamics aerodinamika
ae,
jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
haematite hematite
ai
tetap ai
trailer trailer
aisson kaison
au
tetap au
audiogram audiogram
caustic kaustik
c
di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal Kristal
c
di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
coelom selom
cc
di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclimatization aklimatisasi
accumulation akumulasi
acclamation aklamasi
dsb.
2.
Konsonan
ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
gabbro gabro
accu aki
effect efek
commision komisi
ferrum ferum
solfeggio solfegio
tetapi:
mass massa
3.
Akhiran
asing
Di samping pegangan untuk penulisan
unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran
asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia.Akhiran itu diserap sebagai
bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi
diserap secara utuh disamping kata standar, efek, dan implemen.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada dasarnya masyarakat kita telah
memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan
tetapi dalam pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan
kondisi berbahasa yang tidak mendukung, maksudnya ialah masyarakat masih enggan
untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik dan benar dalam
komunikasinya sehari-hari, masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata
bahasa yang salah, sehingga bermula dari kesalahan- kesalahan tersebut dapat
menjadi kesalahan yang sangat fatal dalam mengikuti aturan-aturan ketata
bahasaan yang akhirnya kesalahan tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan parahnya
lagi hal tersebut menjadi membudaya dan di benarkan penggunaan dalam
keseharian, untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk selalu
mengingatkan kepada masyarakan untuk dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia
yang baik dan benar, karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam
proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kosasih,
E.. 2012. Bahasa Indonesia Berbasis
Kepedulian Karya Ilmiah dan Jurnal. Bandung : THURSINA